Site icon UTA'45 Jakarta

Kegiatan KKN 2018

Dalam rangka melaksanakan instruksi dari Dikti yang mewajibkan semua perguruan tinggi untuk melakukan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta menyelenggarakan kegiatan KKN di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor pada tanggal 25 Juli 2018-30 Agustus 2018. Tujuan diadakannya KKN ini sebagai bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat desa baik itu dibidang kesehatan, ekonomi, hukum, sosial dan politik. Selain itu, sesuai dengan arahan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) kami Bapak Anton Sudanto, S.H, M.H. Bahwa kami (mahasiswa) harus membumi kepada rakyat dan berkontribusi untuk rakyat terutama Desa Cileuksa.

Kami berasal dari kelompok 3 yang berjumlahkan 23 anggota. Anggota kami terdiri dari 18 perempuan dan 5 laki-laki. Kelompok 3 ditempatkan di Desa Cileuksa. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh kelompok 3, yaitu sosialisasi swamedikasi dan gizi. Kegiatan sosialisasi tersebut dilaksanakan pada hari Senin 30 Juli 2018 di Balai Desa Cileuksa. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu memberikan informasi masyarakat bagaimana cara melakukan pengobatan sendiri pada saat diserang penyakit-penyakit ringan dan juga memberikan edukasi ke masyarakat desa tentang pola hidup sehat agar mencapai cakupan gizi seimbang.

Acara sosialisasi swamedikasi dan gizi dihadiri sebanyak 93 warga desa yang terdiri dari Ibu Rumah Tangga, Anggota Kader Posyandu maupun Para Sepuh dan Tokoh Masyarakat Desa Cileuksa. Acara tersebut dibuka oleh Pak Raju selaku Sekretaris Desa. Antusiasme masyarakat desa untuk menghadiri kegiatan sosialisasi tersebut sangat tinggi. Masyarakat desa sangat fokus mendengarkan materi yang diberikan oleh dosen dari Fakultas Farmasi. Beberapa warga maupun kader posyandu aktif bertanya kepada pemateri perihal swamedikasi dan gizi.

Dr. Diana Laila Rahmatillah M.Farm.,Apt menyatakan bahwa “Penyakit-penyakit ringan seperti sakit kepala, batuk, demam, dan diare dapat diobati sendiri dengan meminum obat-obatan kategori lingkaran hijau (bebas) yang dapat dijumpai di warung terdekat seperti paracetamol dan untuk penanganan pertama diare tidak boleh langsung meminum obat penghenti diare karena pada 3 hari pertama diare tujuannya untuk membuang bakteri atau racun yang ada di dalam tubuh. Jika pada 3 hari pertama diare langsung diberikan obat penghenti diare dikhawatirkan bakteri atau racun yang ada didalam tubuh tidak terbuang semua dan malah mengendap di dalam tubuh. Penanganan pertama yang harus dilakukan jika terserang diare dapat meminum larutan oralit”.

Pada materi gizi yang dipaparkan oleh Ibu Nuryanti, S.Si., M.Si mengatakan “untuk mendapatkan asupan gizi seimbang masyarakat Desa Cileuksa dihimbau agar memenuhi kebutuhan 4 sehat 5 sempurna”. Ibu Nuryanti, S.Si., M.Si juga memberikan tips untuk menghadapi anak yang sulit makan .  “Pertama, jangan memberikan anak makanan ringan ketika mendekati waktu makan, Kedua berilah kreasi pada tampilan makanan anak karena anak-anak sangat menyukai dengan tampilan makananan yang unik”.

“Menurut saya kegiatan sosialisasi swamedikasi dan gizi ini sangat bagus untuk masyarakat desa karena masyarakat Desa Cileuksa masih awam dalam menangani penyakit-penyakit ringan, selama ini masyarakat desa jika terserang penyakit-penyakit ringan langsung berobat ke Puskesmas yang mana mereka (masyarakat desa) harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menuju ke puskesmas” ujar Pak Fajar, Kaur Program Cileuksa.